Banyak teman saya akhirnya memutuskan untuk bekerja dan mengadu nasib di luar negeri. Anehnya, ketika beberapa orang saya tanya, alasan untuk tinggal dan bekerja di luar negeri itu selain faktor ekonomi dan karir yang lebih baik, juga karena sudah malas dan jenuh tinggal di negeri ini.
Bagi sebagian dari mereka, negeri ini mungkin sudah terlalu sesak, terlalu padat, dan terlalu hiruk pikuk untuk dijadikan tempat tinggal. Tentu saja ini di luar faktor ekonomi dan kesempatan karir yang kemungkinan besar menjadi pertimbangan utama.
Alasan-alasan yang sangat individual pasti banyak sekali, jutaan mungkin. Sebanyak jumlah tenaga kerja kita di luar negeri. Tak ada yang salah dengan hal itu, lebih baik malah. Tapi kalau alasan memutuskan kerja tersebut adalah sudah malas hidup di Indonesia, hhmm, saya harap mereka akan berubah pikiran setelah membaca tulisan ini.
Negara kita, terutama Jakarta, banyak menawarkan kemudahan dan kepraktisan dalam melakukan aktivitas. Mulai dari anda bangun pagi, berangkat kerja, berbisnis, mencari hiburan, semuanya nikmat, praktis, dan tersedia. Tidak percaya?
Olahraga dan sarapan
Lee kuan Yeuw pernah berkata, "Negara yang kuat dan kaya ditopang oleh penduduk yang bersarapan sehat dan rajin berolahraga" . Saya dan jutaan penduduk negeri ini bisa dan biasa ke tempat kerja sambil berolah raga dan sekalian makan pagi sehat sekaligus. Hebat kan? Negara mana yang menawarkan kepraktisan seperti ini?
Bagi penduduk Jakarta, termasuk saya yang biasa berangkat dengan kendaraan umum, olahraga bisa dilakukan sewaktu mengejar metro mini, yang berhentinya kadang di depan penumpang persis, kadang jauh di depan, dan kadang bahkan hampir menyerempet calon penumpang. Tentu saja ini membutuhkan kecekatan dan ketrampilan, yang terbentuk dari latihan tiap hari. Saya tidak yakin kecekatan penumpang subway di Jepang atau Amerika sana bisa mengalahkan kecekatan penumpang metro mini di Jakarta.
Di dalam metro mini atau bis pun kita masih tetap bisa berolah raga. Berdiri di tengah himpitan penumpang itu melatih keseimbangan dan kuda-kuda kaki, sekaligus latihan angkat beban dengan bergantungan di pintu atau lis tengah angkutan. Dan sarapan, sarapan bisa kita beli di terminal, nasi putih dibungkus dengan aneka lauk ayam goreng, paru goreng, atau jerohan goreng ditambah sambal, cat rice atau nasi kucing sebutannya. Atau kalau anda suka bubur ayam dan ketoprak, sepanjang jalan bahkan di depan terminal gerobak-gerobak itu ada. Sarapan bisa kita nikmati sambil jongkok di jalur terminal, di tengah kehangatan kepulan asap bis dan metro mini, atau di dalam metro mini dan bis sekali pun, dengan dessert sebatang rokok.
Kalau pun saya naik motor ke kantor, yang artinya naik ojek, olahraga high risk bahkan bisa saya nikmati. Tak kurang dari juara dunia balap motor yang mampir di Indonesia minggu lalu, Rossi, kagum dan bahkan minder dengan kemampuan tukang ojek dan pengendara motor Jakarta. Dan liukan serta sentakan gas motor di pagi hari bahkan saya jamin bisa meningkatkan adrenalin untuk kerja sepanjang hari. Semangat menikmati Jakarta dan Indonesia.
Sampah
Setelah makan kenyang, bungkusan nasi bisa anda buang dimana saja. Kalau di Singapore atau Jepang dan negara lain yang sangat tertib itu membuang sampah sangat bisa didenda, disini tidak. Tempat sampah ada dimana saja. Di bis, di metro mini, di angkot, di jalan raya, bahkan di kereta api, adalah tempat sampah besar negeri ini, bahkan sungai dan laut. Sampah adalah sampah. Dan selalu ada yang membersihkan sampah. Dan itu bukan anda, kecuali anda berprofesi jadi tukang sapu atau petugas dinas kebersihan.
Kenapa harus repot melarang orang untuk merokok di tempat umum kalau membuang sampah, yang jelas-jelas barang padat dan bisa menyebabkan banjir dibiarkan. Bahkan melempar sampah dari mobil mewah di jalan protokol di depan polisi pun tidak dilarang. Enak kan?
Membaca dan informasi
Selama di jalan atau sampai di kantor, atau selama jam kantor, adalah kesempatan untuk membaca.
Bagi anda yang punya hobi membaca, waktu yang tersedia untuk membaca di Indonesia hampir tak terbatas. Tidak seperti orang Jepang yang membaca saja sambil berdesakan dan bergantungan di kereta api, di Indonesia bisa dimana saja, dan bacaan yang tersedia juga apa saja. Mulai dari buku-buku berat semacam karangan Karl Marx, Rumi, atau bahkan jenis tassawuf yang tidak mungkin anda temui di negara-negara tetangga, di jual bebas disini. Dan jangan tanya masalah buku yang vulgar, majalah Playboy versi Indonesia atau versi asli, majalah dan koran sejenis, berita perkosaan, berita politik, klenik, berita di internet, apa saja ada. Kenapa harus dilarang, kan era reformasi sekarang membebaskan apa saja?
Tempat dan waktu membaca bisa anda pilih sendiri. Anda bisa membaca di angkutan umum seperti saya, dan bahkan sambil menyetir mobil dan motor pun bisa tetap membaca. Kenapa tidak? Bukankah separoh waktu di jalan adalah menghadapi kemacetan dan bisa dimanfaatkan untuk membaca?
Di kantor pun anda sangat bisa membaca. Bagi rata-rata karyawan di Indonesia, hampir separoh jam kantor adalah jam membaca. Membaca koran yang tidak selesai dibaca di jalan, dan kemudian mendiskusikannya dengan teman kantor, adalah satu pembuka hari yang mencerahkan, dan bisa 2-3 jam lho. Sambil bekerja pun anda tetap bisa menikmati hobby ini. Aneka website berita, resep masakan, sampai konten seks pun bisa dibaca dengan gratis. Dan semua ditanggung kantor. Hebat kan? Kalau anda orang Indonesia dan anda tidak hobi membaca, maka saya akan sangat heran sekali. Waktu sangat banyak, bacaan berlimpah, dan tidak mengganggu pendapatan anda. Bener kan?
Bekerja, kesempatan dan peluang bisnis
Apa pun aktivitas dan profesi anda, negeri ini menawarkan peluang tak terbatas. Di negeri ini anda bisa memilih untuk menjadi apa saja, siapa saja, atau tidak menjadi siapa-siapa dan apa-apa.
Di negara lain, harus sekolah berpuluh tahun untuk bisa diakui sebagai dokter dan penyembuh, di Indonesia, anda hanya tinggal mengaku bermimpi didatangi orang keramat atau menemukan batu atau keris yang anda anggap bertuah untuk menjadi penyembuh profesional atau konsultan nasib. Ponari, saudara kecil saya, nun jauh di Jawa Timur bahkan bisa melakukannya, kenapa anda tidak?
Indonesia juga ladang persemaian ilmu dan penemuan. Teori energi yang teruji selama ratusan tahun dari Newton sampai Einstein dan Schrodinger, bisa patah dan hancur berserakan di negeri ini, begitu juga biologi molekuler. Aneka terobosan seperti blue energy, gravitional energy, sampai pemuliaan tanaman adalah berita harian temuan anak negeri. Dengan berbekal nama berawalan "Joko", anda bahkan bisa malang melintang dan dihormati sebagai penemu sampai spiritualis dan penasehat.
Pengakuan sebagai orang pintar di Indonesia dan Jakarta bahkan, hanya layak diberikan untuk orang yang diakui masyarakat mencapai tingkat spiritual tertentu, bukan pendidikan. Tak perlu sekolah yang tinggi untuk menjadi pintar.
Dan peluang di politik. Peluang di politik, meski biasanya hanya datang selama lima tahunan, adalah peluang terbesar untuk nobody menjadi somebody. Jabatan kepala daerah, legislatif, sampai pengamat dadakan seperti saya ini, adalah jabatan dambaan setiap orang, termasuk artis dan selebritis.
Dan tak perlu pendidikan sampai S1 atau bahkan S3 untuk mencapai cita-cita setinggi itu. Rajinlah memberikan komentar, tentang apa saja, dimana saja, dan buatlah orang lain mendengarkan komentar anda, lantas bawalah uang tabungan, dan mendaftarlah di parpol. Dengan biaya mandiri yang relatif minim, dibantu sanak saudara, dan keluarga, dan terutama tukang poster langganan anda, kalau anda beruntung, tercapailah cita-cita. Pekerjaannya toh ringan, apa susahnya hanya tidur dan ngerumpi di ruang sidang, dan kemudian digaji besar?
Di beberapa daerah tertentu bahkan ada pelatihan teknik bicara, simulasi meeting dan sidang, sampai pelajaran dasar sopan santun kepada sekertaris dan rekan sesama dewan. Sungguh, anda hanya perlu berbekal ijazah SMP atau SMA dan hubungan baik dengan tukang poster saja untuk mewujudkan impian jadi anggota dewan yang terhormat. Dan selanjutnya anda hanya perlu berbekal satu bolpoin untuk tanda tangan absen dan uang duduk serta mulut sehat yang bisa meneriakkan kata setuju atau interupsi saja!
Kalau anda pelaku bisnis, Indonesia menawarkan kemudahan yang luar biasa untuk investasi. Jangankan cuma tanah negara, tanah kuburan nenek moyang pun akan rela dijual bila anda membawa proposal yang bagus bersampul mengkilat, dan menjanjikan keuntungan yang menggiurkan. Kenapa harus risau, negeri ini masih membutuhkan investasi, tanah masih luas, dan tenaga kerja murah luar biasa besarnya. Anda cuma harus mendatangi orang yang tepat, dan semua bisa diatur. Percayalah.. ..
Apalagi kalau anda berminat untuk ikut berbisnis mengerjakan proyek pemerintah. Jauh lebih mudah lagi. Bahkan spreadsheet excell yang anda gunakan tidak semuanya perlu dipakai. Hanya perlu penekanan pada perhitungan pembagian. Hanya itu, mudah kan?
Dan kalau anda karyawan seperti saya, aneka kemudahan ditawarkan di kantor tempat anda bekerja, yang tak anda temui di rumah. Aneka informasi dan gosip dari internet, surat kabar, keademan ruang berpenyejuk udara, air aqua dingin dan panas yang pasti jauh lebih higienis dari air sumur dan air PAM dari Palyja, makan siang, nikmatilah itu semua! Anda cuma harus mengisi absensi dan berpakaian sepantasnya. Siapa bilang kerja itu susah?
Hiburan dan rekreasi
Lelah dan penat seharian setelah rangkaian pekerjaan, dan membaca, anda bisa mencari hiburan sebelum pulang kantor. Jangan tanya soal hiburan di Indonesia. Sangat-sangat berlimpah. Apa saja ada, mulai dari bioskop, mall, aneka cafe, lounge, panti pijat, night club, sampai hiburan yang paling pribadi, yang bisa anda pesan ke kamar, marak ditawarkan di kolom-kolom iklan surat kabar. Bagi yang ingin tahu hiburan dewasa lebih lanjut, anda bisa baca buku karangan sobat saya, si Moammar Emka, he-he.
Film baru, sangat murah, bahkan yang belum pernah diputar di Indonesia pun sudah ada di Glodok. Anda cuma harus menanyakan kualitas film itu sudah "ori" atau belum untuk kenikmatan menonton yang lebih.
Bioskop banyak, dan harga terjangkau. Beberapa bioskop di daerah tertentu di Jakarta bahkan menawarkan petualangan lain dalam menonton, terutama bila anda lelaki yang datang sendiri, teman wanita untuk menonton berjajar di depan lobby bioskop.
Jangan tanya untuk tempat rekreasi keluarga, Indonesia juga tempatnya. Bagi yang berduit bisa ke Bali, Toraja, atau pun resort-resort semacam Pulau Derawan dan Bintan. Bagi kalangan menengah bisa ke Dufan, Waterboom, atau aneka mall. Dan bagi yang berkantong cekak seperti saya, Monas sampai sekarang masih menawan, juga kebon binatang, mengagumi bangunan masjid kubah emas yang sebenarnya bukan emas, atau hanya sekedar duduk di depan pintu mall, merokok, dan mengagumi pengunjung mall, menunggu artis sinetron yang kadang lewat, adalah hiburan yang bisa menghilangkan stress.
Tak perlu anda berwisata ke Eiffel, kita punya Monas, tak perlu ke Taj Mahal, kita toh punya masjid kubah emas, dan tak perlu ke Las Vegas, karena kita selalu punya Glodok, Kota, dan Kali Jodo yang bahkan menawarkan kenikmatan dan petualangan lokal. Dan Laut Mati. Kenapa harus ke Laut Mati kalau kita punya Penjaringan Utara, Muara Baru, dan Pluit? Saya yakin banjir bulanan di tempat-tempat itu kalau diolah dengan baik bisa menjadi atraksi pariwisata yang unik. Jadi anda tak perlu lagi jauh-jauh ke Laut mati hanya untuk berendam di lumpurnya, kita punya Penjaringan Utara, Muara Baru, dan Pluit yang juga punya air laut sepinggang, lumpur hitam pekat berminyak, yang bahkan bisa anda nikmati sembari makan ikan bakar dan nasi goreng.....
Indonesian Dream
Sampai sekarang saya masih heran, kenapa teman-teman saya itu akhirnya memutuskan untuk memilih bekerja dan berkarya serta mencari penghidupan di negeri lain. Setelah mereka membaca uraian panjang lebar saya di atas, semoga mereka sadar.
Indonesian Dream bahkan saya yakin bisa menelan American Dream, European Dream, atau mimpi-mimpi yang lain. Mimpi yang paling aneh, paling gila, bahkan paling jorok sekali pun bisa anda wujudkan disini....
Makanya saya selalu kagum pada teman-teman yang kembali ke negeri sendiri setelah menuntut ilmu di negeri orang. Mereka orang-orang yang bisa melihat peluang.
Dan saya selalu teringat pada peribahasa lama, hujan emas di negeri orang hujan batu di negeri sendiri, lebih baik di negeri sendiri. Nyatanya, kalau anda cukup cerdik, licik, dan ulet, pasti hujan emaslah yang anda dapat di negeri ini, bukan hujan air, apalagi batu.....
Sumpah, saya sangat mencintai negeri ini. Dan saya, mau tidak mau memang menikmati keenakan dan kenyamanan yang ditawarkan negeri ini. Dan memang, benar-benar enak tinggal di negeri ini. Entah tapi sampai kapan....... .
Dicky E. Hindarto - Penikmat Indonesia, sekarang bekerja di Dewan Nasional Perubahan Iklim
Rabu, 04 Maret 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar